( Randy Pausch - The Last Lecture )

"The brick walls there for a reason, The brick walls are not there to keep us out, The brick walls are there to give us a chance to show how badly we want something"

Senin, 21 November 2011

ABSTRAK (Eksistensi Perempuan dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Kritik Sastra Feminis




ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi perempuan dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang meliputi eksistensi perempuan dalam bidang politik, eksistensi perempuan dalam bidang hukum, eksistensi perempuan dalam bidang sosial, eksistensi perempuan dalam bidang ekonomi, dan eksistensi perempuan dalam bidang pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan objektif. Sumber data penelitian ini adalah novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa eksistensi perempuan di bidang politik memperlihatkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk tampil menjadi seorang pemimpin dan perempuan harus memiliki hak penuh atas dirinya untuk dapat menentukan pilihan atas kemauan sendiri dan bebas mengutarakan pendapatnya sebagai warga Negara. Eksistensi perempuan dalam bidang hukum memperlihatkan tuntutan persamaan hak bagi kaum perempuan di hadapan hukum. Hukum dan undang-undang harus adil sehingga tidak memberikan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. Eksistensi perempuan dalam bidang sosial memperlihatkan persamaan hak bagi perempuan (sebagai anak maupun sebagai isteri) dengan jalan mengubah rekayasa sosial yang telah terbentuk dalam masyarakat yang menganggap bahwa perempuan sebagai isteri harus tunduk melayani suami dengan kepatuhan yang mutlak. Eksistensi dalam bidang ekonomi memperlihatkan persamaan hak dan kedudukan perempuan dalam mejalankan segala kegiatannya di bidang ekonomi, dan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa yang mereka kerjakan dengan selayaknya. Eksistensi dalam bidang pendidikan memperlihatkan tentang tuntutan persamaan hak dalam belajar dan hak untuk mendapatkan perlakuan yang layak meskipun ia tidak mendapatkan pendidikannya dalam lingkungan formal.


Kata-kata kunci: Eksistensi Perempuan dan Novel Bumi Manusia

Eksistensi Perempuan dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Kritik Sastra Feminis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karya sastra banyak mengungkapkan persoalan kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan terungkap dalam karya sastra. Pengarang sebagai pengungkap persoalan kehidupan  ingin menyampaikan sesuatu kepada pembaca atau penikmatnya. Rampan (1986:140) mengemukakan “isi karya sastra adalah kehidupan. Ia akan mampu menggambarkan kehidupan manusia secara utuh, jiwa, pikiran dan perasaan pengarang yang diberikan oleh kehidupan sekitarnya”.
Salah satu persoalan yang banyak ditampilkan dalam karya sastra adalah masalah tentang perempuan. Berkaitan dengan hal itu, Padmopuspito (1990:39) juga mengemukakan bahwa perempuan selalu menjadi sasaran cipta sastra pujangga. Maksudnya, para sastrawan banyak yang memilih tokoh perempuan sebagai bahan pembicaraan dalam karyanya. Penindasan dan eksploitasi laki-laki atas perempuan dan anggapan superioritas kaum laki-laki dan inferioritas kaum perempuan merupakan salah satu kendala bagi perkembangan dan kemajuan perempuan. Umumnya laki-laki dipandang sebagai makhluk yang lebih kuat dan aktif. Sebaliknya, kaum perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah dan kurang aktif serta cenderung untuk mengalah (Manus, 1993:34). Ketidakadilan tersebutlah yang kemudian menumbuhkan adanya gerakan eksistensialisme.
Secara umum, menurut Yudiono (2009: 51) eksistensialisme diartikan sebagai suatu pemikiran mengenai keberadaan atau eksistensi manusia yang konkret, individual, terlepas dari sistem yang melingkupinya, dan merupakan pengalaman pribadi. Eksistensialisme juga merupakan aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar (http:/id.wikipedia.org.wiki/eksistensialisme). Sebenarnya bukan tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif  dan oleh sebab itu masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa inti dari eksistensialisme yang sebenarnya adalah mempersoalkan tentang keberadaan manusia dan keberadaan itu dihadirkan melalui kebebasan.
Telaah mengenai eksistensi perempuan dalam karya sastra dianggap perlu karena pada dasarnya perempuan juga mempunyai hak yang sama dengan pria dalam berkedudukan dan berperan serta dalam kehidupannya, dalam hal ini tentu saja dengan tidak mengesampingkan kodrat-kodrat yang dimiliki oleh perempuan itu sendiri. Kedudukan dan peran serta tersebut dapat dilihat baik di bidang politik, hukum, sosial, ekonomi maupun pendidikan (Manus (1993: 10). Pernyataan tersebut diperkuat oleh Al-Baghdady (1992: 12) yang mengatakan bahwa sebenarnya pria dan wanita diciptakan untuk terjun ke arena kehidupan sebagai insan dan menjadikan keduanya hidup berdampingan secara pasti dalam masyarakat. Jadi, perempuan juga mempunyai hak dan kedudukan yang sama seperti laki-laki di dalam berbagai segi kehidupan dan ‘kewanitaan’’ bukanlah sesuatu yang dapat menghalangi kaum perempuan untuk memiliki kedudukan (bereksistensi)  dalam kehidupannya.
Penelitian tentang kajian terhadap perempaun telah banyak dilakukan, antara lain, Rosmelly (2000). Dari penelitian itu dapat diperoleh gambaran mengenai emansipasi tokoh perempuan dalam lima bidang kehidupan, yaitu 1) emansipasi dalam bidang politik, 2) bidang hukum, 3) bidang sosial, 4) bidang ekonomi, dan 5) bidang pendidikan. Selanjutnya penelitian tentang roman Bumi Manusia juga pernah dilakukan Komariah (1999). Dari penelitian ini diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur politis dalam roman Bumi Manusia dan roman Anak Semua Bangsa yang diekspresikan Pramoedya Ananta Toer sebagai pengarangnya melalui unsur roman yaitu tema, penokohan, alur, dan latar. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu akan mendekripsikan eksistensi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Penulis memilih novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer sebagai objek penelitian, karena isi cerita dalam novel ini banyak mengandung persoalan mengenai perempuan, terutama dalam hal kedudukanya (eksistensi) di dalam berbagai bidang kehidupan seperti tampak pada kutipan berikut ini:
 “Perkawinanmu syah menurut Hukum Islam. Membatalkan adalah menghina hukum Islam, mencemarkan ketentuan yang dimuliakan umat Islam…Ah betapa aku impikan perkawinan syah. Tuan selalu menolak. Ternyata karena ia masih ada istri syah. Sekarang anakku kawin syah, jauh lebih tinggi daripadaku sendiri. Dan tidak diakui.
…………Biarpun tanpa ahli hukum. Kita akan jadi Pribumi pertama yang melawan Pengadilan Putih, Nak Nyo. Bukankah itu suatu kehormatan juga” (Toer: 501).

Kutipan di atas merupakan salah satu bentuk eksistensi perempuan di bidang hukum. Kutipan tersebut menggambarkan suatu bentuk protes Nyai Ontosoroh sebagai budak belian yang berasal dari warga pribumi terhadap perlakuan ketidakadilan hukum terhadap anaknya, Annelies Mellema, anak hasil perkawinannya yang tidak sah dengan tuan kuasa dari Belanda, Herman Mellema. Ir. Maurits mellema, satu-satunya anak kandung Herman Mellema yang haus akan harta almarhum ayahnya, dengan berbagai cara berusaha untuk menjatuhkan keluarga Nyai Ontosoroh karena dendam yang selama ini ada di dalam hatinya, salah satunya adalah dengan menghancurkan pernikahan antara Annelies dengan Minke, seorang pria pribumi. Lewat pengadilan Amsterdam, Ia bermaksud mengambil alih kuasa perwalian atas diri Annelies dari ibu dan suaminya untuk kemudian dibawa ke Amsterdam.
Dalam keputusannya, akhirnya Nyai Ontosoroh berusaha mencari bantuan hukum untuk menuntut keadilan atas diri dan anaknya. Ia dengan keberanian yang dimilikinya menentang kekuatan hukum Eropa yang  merampas hak-haknya. Dalam hal ini, hukum dan Undang-undang seharusnya memberikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan pribumi seperti Nyai Ontosoroh sebagai anggota masyarakat sekaligus sebagai warga negara. Deskriminasi sering terjadi karena makna keadilan belum dipahami dengan benar. Pada dasarnya keadilan mengandung kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama kepada setiap orang. Hal inilah yang ingin diperjuangkan oleh Nyai Ontosoroh tentang eksistensi atau kedudukannya di bidang hukum seperti yang tampak pada kutipan di atas.
Novel Bumi Manusia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Rusia, Jepang, Cina, dan bahasa Perancis. Pada tahun 1982, Novel ini pernah menjadi bestseller nomor dua di Australia dalam edisi bahasa Inggris dan dijadikan pula sebagai basic stock (harus selalu tersedia di toko buku). Novel Bumi Manusia juga merupakan novel bagian pertama dari empat bagian novel berseri yang ditulis oleh Pramoedya, selanjutnya yaitu Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu sastrawan Indonesia yang tergabung dalam Lekra. Lekra adalah singkatan dari Lembaga Kebudayaan Rakyat, dan merupakan lembaga kebudayaan yang bernaung di bawah Partai komunis Indonesia. Lekra juga merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang nasional dan kerakyatan, yang di dalamnya memang ada orang-orang yang menjadi anggota PKI, tetapi yang sebagian besarnya, bukan. Lekra didirikan dan bekerja untuk kepentingan yang nasional dan kerakyatan di lapangan kebudayaan. Pramoedya Ananta Toer yang mengarang sejak tahun 1940-an telah menghasilkan banyak karya sastra, yaitu cerpen, novel, esai, dan karya terjemahan. Kepengarangan Pramoedya sangat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya yang kemudian membentuk prinsip-prinsip dan pribadinya. Rangkuti dalam Yudiono (1986:104) mengemukakan:
Kerapkali terasa kepada kita bahwa pada tokoh-tokoh yang dilukiskannya ada membayang pram sendiri, sampai pada latar belakang masyarakat. Tapi kesemuaannya itu dituangkanya dalam suatu gaya, yang segera meminta perhatian kita, sehingga terasa seolah-olah di tengah-tengah yang digambarkannya… 
Pengarang mengajak pembaca dengan sekali hela, supaya mengetahui apakah sebab-sebabnya ia hendak mengarang.

Pramoedya sendiri mengakui bahwa proses kreatifnya dalam mengarang juga ditunjang oleh pengalaman-pengalamannya dalam kehidupan dalam Esten (1984:51—70). Dengan demikian, tidak mengherankan bila akhirnya karya-karya Pramoedya penuh dengan pertentangan-pertentangan kelas yang menjadi ciri pokok ideologi komunis. Oleh sebab itu pula Pramoedya termasuk dalam golongan sastrawan yang beraliran realisme sosialis. Realisme sosialis adalah aliran dalam sastra yang terbentuk pertama kali di Soviet yang didorong oleh komunisme. Pada dasarnya realisme sosialis hanyalah suatu alat perjuangan partai dan ideologi komunis.  
Beberapa karya Pramoedya Ananta Toer antara lain novel Sepuluh Kepala Nica (1946), Kranji Bekasi (1947), Perburuan (1950), Keluarga Gerilya (1950), Mereka yang Dilumpuhkan (1951), Bukan Pasar Malam (1951), Di Tepi Kali Bekasi (1951), Gulat di Jakarta (1953), Midah, Si Manis Bergigi Emas (1954), Korupsi (1954), Bumi Manusia (1980) Anak Semua Bangsa (1980), dan masih banyak karya-karya yang lainnya (http://muminatur.blogspot.com/pramoedya-karyanya).

1.2    Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran unsur-unsur intrinsik pembangun novel serta bagaimana gambaran eksistensi perempuan yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Secara lebih rinci, eksistensi perempuan yang diteliti meliputi: (1) eksistensi di bidang hukum, (2) eksistensi di bidang ekonomi, (3) eksistensi di bidang pendidikan, (4) eksistensi di bidang politik, dan (5) eksistensi di bidang sosial.

1.3    Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik pembangun novel serta eksistensi perempuan yang terdapat dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Deskripsi eksistensi perempuan tersebut meliputi : (1) eksistensi di bidang hukum, (2) eksistensi di bidang ekonomi, (3) eksistensi di bidang ekonomi, (4) eksistensi di bidang politik, dan (5) eksistensi di bidang sosial.

1.4    Manfaat
Hasil penelitian ini baik secara teori maupun praktis diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan pada kajian kritik sastra feminis serta dapat pula dijadikan acuan maupun alternatif teori untuk pengembangan penelitian selanjutnya.