( Randy Pausch - The Last Lecture )

"The brick walls there for a reason, The brick walls are not there to keep us out, The brick walls are there to give us a chance to show how badly we want something"

Minggu, 30 Januari 2011

Talk Less Do More....

Takkan ada dapat menggantikan kasihmu di hatiku ayah........

      Piala itu jatuh...hancur...berserakan puing-puingnya di hadapanku... Pasrah saja, anak seusia dia memang terkadang menyebalkan. Namun itulah anak-anak,,,aku coba mengerti tingkahnya,,,lagipula dia adalah anak dari abangku,,,barang tentu tak mungkin aq mengungkitnya.

      Sebenarnya ada sedikit kegalauan pada hari itu,,,piala itu,,,piala berwarna hijau keemasaan itu pernah menjadi kebanggaanku DULU,,,mungkin tak begitu berharga untuk saat ini. Namun tetap saja aku tak bisa menyembunyikan genangan air di mataku yang hampir jatuh melihat piala yang kini nyaris tak berbentuk itu,,hanya bagian bawahnya saja yang terlihat masih utuh. Ahh..sudahlah,,,ku pikir masa-masa itu hanya kenangan masa lalu, hanya sebuah piala tak berharga. Hari itu kutinggalkan piala itu, yang berserakan itu, aku harus kembali ke kosanku pada hari itu juga,,sudah habis masa liburanku di rumah. 

        Perjalananku masih cukup panjang,,,ku tatap pohon-pohon melalui kaca bus yang seolah-olah menjauhiku, pikiranku melayang, kembali mengingat masa ketika aku mendapatkan piala butut itu...
       Sejak aku masih duduk di bangku  SD,,,minatku kepada Tenis Meja saat itu benar-benar gila. Sepulang sekolah, bergegas aku berlatih dengan guru olahragaku di sekolah, kebetulan beliau sangat menanggapi keinginanku. Tak hanya aku, aku berlatih bersama beberapa sahabatku yang lain. Keluargaku...??? Aku tahu mereka sangat menyayangiku walau tanpa kata-kata yang nyata,,tapi aku tau di balik senyumnya mereka mendukungku, sama seperti senyum ketika setiap kali aku menjadi juara kelas,,Aku tau :)
      Sampai saat itu tiba,,saat aku mendapatkan piala butut itu. Ketika itu aku sudah duduk di bangku SMP, pada saat itu minatku sudah tak lagi menggebu-gebu, sampai pada saat guru olahragaku yang dulu mengajakku mengikuti kompetisi itu. Kembali aku mengobarkan semangatku. Satu yang membuatku benar-benar terharu pada saat itu. Sore itu,,sepulang sekolah aku melihat ada sesuatu yang asing di halaman samping rumahku. Subhanallah...ku dapati sebuah lapangan tenis meja sudah berdiri di sana. Lagi-lagi ayahku tersenyum, tapi sungguh dalam lubuk hatiku yang terdalam aku dapat mengartikan dan  merasakan senyum itu. Itulah Ayahku...sosok yang tak banyak bicara,,tapi aku suka,suka menggali makna yang tersirat itu :)
       Aku tak bisa memberikan yang terindah untuk ayahku...setelah selesai kompetisi itu, aku hanya bisa membawa pulang piala hijau keemasan itu,,dengan sedikit uang beserta buku tabungannya. Hanya bisa menjadi yang ke-dua. Hanya itu yang bisa ku beri untuk ayah pada saat itu,,,sedikit kecewa namun lega ketika masih kulihat senyum itu merekah di bibirnya.
       Hufh.....ternyata perjalanan yang cukup panjang ini kembali mengingatkanku pada masa-masa itu. Tapi sudahlah...piala itu kini sudah hancur dan berserakan di lantai kamarku...aku juga tak begitu peduli dengan semua itu.

      1 bulan kemudian... 
Aku kembali pulang ke rumah,,,rasa lelah selama dalam perjalanan membuatku tak sadar langsung menuju kamar untuk berbaring. Ibu yang melihatku terlihat begitu kelelahan menutup pintu kamarku dan membiarkan aku tertidur pada siang itu. 

       Aku terkejut...Ibu membangunku dari mimpi yang belum sempat terangkai menjadi cerita. "Mandi dulu,,,sudah hampir maghrib" begitu ibu membangunkanku. Aku segera duduk,,tapi kulihat di sudut kamarku,,tepat di atas meja belajarku..sepertinya aku mengenali benda itu. Ya,,,tidak salah lagi, bukankah itu pialaku yang sudah hancur? Aku mengenalinya dari warnanya yang hijau keemasan itu. Tapi...oh sungguh aku masih terus menatapnya dengan seksama,,sisi mana yang masih ku anggap sebagai piala bututku. Tiba-tiba ibu menyadarkanku dari lamunan "Itu ayahmu yang membuatnya, pialamu yang waktu itu jatuh,,ternyata bagian bawahnya tak begitu hancur, jadilah seperti itu" ibu tersenyum.

       Masih terus ku tatap yang bercahaya di sudut kamarku itu...ternyata ayah tak begitu saja melupakan usahaku untuk mendapatkan piala itu, Piala yang tinggal setengah bagian itu kini disulap oleh ayahku menjadi lampu kamar ^^  bagian bawahnya dijadikan pot dari lampu-lampu kristal berbentuk bunga.".Cantik...!!! " Ucapku sambil tersenyum :)

>>> Untuk ayah : Aku sudah sangat mengenal sifat ayah jadi jangan menganggap aku tak bisa mengartikan isyarat2 yang engkau tunjukan :) Aku tahu kau menyayangiku 
>>> Untuk Ibu : Tulisanku takkan cukup untuk mewakili rasa sayangku pada ibu :)
>>> All My Family : "Talk Less Do More" = Sudah jadi bagian dari keluarga kita. Tak banyak bicara namun aku tau Kita saling menyayangi ^_^  
                                              _ Hhhhhhaaaaaaaaaaaaaa :D luph U All_ 

      

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar